Bola Ugi'
Dalam bahasa Bugis, kata Bola artinya rumah sedangkan Ugi
artinya suku bugis, jadi Bola Ugi dapat diartikan rumah tempat tinggal,
baik orang-orang bangsawan maupun bukan bangsawan. Rumah Bugis dengan
material 99% dari kayu memiliki filosofi dan arti tersendiri bagi
masyarakat pemangkunya. antara lain:
- Dunia Atas (Botting langi): kehidupan diatas alam sadar manusia yang terkait dengan kepercayaan yang tidak nampak (suci, kebaikan,sugesti, sakral). Sebagaimana dalam pemahaman masyarakat pemangkunya (Bugis) bahwa dunia atas adalah tempat bersemayamnya Dewi padi (Sange-Serri). Dengan pemahaman ini banyak masyarakat Bugis menganggap bahwa bagian atas rumah (Botting langi) dijadikan sebagai tempat penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya. Selain itu biasa juga dimanfaatkan untuk tempat persembunyian anak-anak gadis yang sedang dipingit.
- Dunia Tengah (Ale-Kawa): Kehidupan dialam sadar manusia yang terkait dengan aktivitas keseharian. Ale-Kawa atau badan rumah dibagi menjadi tiga bagian: (a). Bagian Depan dimanfaatkan untuk menerima para kerabat/keluarga serta tempat kegiatan adat. (b) Bagian Tengah dimanfaatkan untuk ruang tidur orang-orang yang dituakan termasuk kepala keluarga (Bapak/ibu). (c) Ruang Dalam dimanfaatkan untuk kamar tidur anak-anak
- Dunia Bawah (Awa Bola/kolong rumah): Terkait dengan media yang digunakan untuk mencari rejeki, termasuk alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat bermain bagi anak-anak.
Rumah Panggung Bugis-Makassar
Rumah panggung adalah rumah khas bagi masyarakat Bugis - Makassar. Warga
Bugis-Makassar menyebutnya "rumah atas". Maksudnya rumah yang berdiri
di atas-nya tanah (tidak langsung bersentuhan dengan tanah), tetapi
disangga oleh tiang kayu.
Pada dasarnya rumah tradisionil Bugis dan Makassar bentuknya sama. Perbedaan hanya pada bagian-bagian tertentu, karena faktor aturan budaya. Misalnya bagian-bagian yang menjadi perlambang keturunan/strata budaya sang pemilik rumah. Rumah keluarga Bangsawan memiliki perbedaan pada beberapa bagian tertentu, dengan rumah masyarakat dari kalangan umum.
Filosofi Rumah Tradisionil Bugis-Makassar
Rumah adat suku Bugis Makassar dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang menempatinya, Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum bangsawan) dan bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya sama yaitu empat persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa di sebut timpak laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya.
Rumah adat suku bugis baik saoraja maupun bola terdiri atas tiga bagian:
- awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewan-hewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
- alle bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: lotang risaliweng, bagian depan badan rumah yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman, lotang ritenggah atau Ruang tengah, berfungsi sebagai tempat tidur kepala keluarga bersama isteri dan anak-anaknya yang belum dewasa, hubungan social antara sesama anggota keluarga lebih banyak berlangsung disini. lontang rilaleng atau ruang belakang, merupakan merupakan tempat tidur anak gadis atau orang tua usia lanjut, dapur juga di tempatkan pada ruangan ini yang dinamakan dapureng atau jonghe.
- rakkeang ialah loteng yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil pertanian seperti padi, jagung, kacang dan hasil perkebunan lainnya.
sumber:
http://dgmaillong.blogspot.com/2008/01/filosofi-rumah-tradisional.html,
Dikutip dari Acuan Perancangan (Tugas Akhir) “RUMAH SUSUN PADA
PERMUKIMAN KUMUH DI MAKASSAR. Tahun 2001/2002 Oleh : Muhammad, Ismail
ST.)